32.8 C
Jakarta
23, April, 2024
JurnalPost.comCitizen ReporterDampak Pandemi bagi Pedagang UMKM di Kawasan Pantai Parangtritis

Dampak Pandemi bagi Pedagang UMKM di Kawasan Pantai Parangtritis

JurnalPost – Corona Virus Disease atau yang biasa disebut dengan COVID-19, telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia bahkan sampai seluruh penjuru dunia. Virus Covid-19 yang berasal dari Kota Wuhan, tepatnya di negara Tiongkok China tersebut sudah menyebar dengan cepat diberbagai belahan negara dunia. Virus Corona ini, dapat menular melalui kontak langsung dari penderita. Penularan tersebut dengan percikan dahak dari orang yang terinfeksi melalui batuk dan bersin bersin. Virus ini dapat bertahan beberapa jam dipermukaan, dan juga dapat menyebar dengan cepat melalui udara.

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan masyarakat saja, tetapi juga berdampak terhadap kondisi perekonomian di Indonesia yang menurun drastis. Tidak hanya di Indonesia yang mengalami dampak perekonomian yang menurun, di negara negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Arab Saudi, Singapura, dan negara lainnya juga mengalami penurunan dan kerugian yang besar pada sektor ekonomi negara. Ekonomi global sebelum massa pandemi yang dapat stabil dan terkontrol, dan pada saat Virus Corona ini muncul perekonomian di dunia seakan akan anjlok yang menyebabkan kerugian besar diberbagai negara. Wabah Virus dari China tersebut memberikan tekanan perekonomian global yang luar biasa.

Pemerintah pun langsung turun tangan dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau (PSBB) sebagai langkah untuk menekan penyebaran virus corona tersebut. Kebijakan PSBB dari pemerintah menyebabkan terbatasnya mobilitas dan aktivitas masyarakat yang berdampak pada penghasilan pendapatan yang menurun dan sebagian usaha UMKM masyarakat melakukan penutupan. Tidak hanya usaha UMKM yang melakukan penutupan, Perusahan – perusahaan di Indonesia juga sebagian melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya karena pemasukan perusahaan yang menurun dan tidak sanggupnya membayar gaji karwayan. Sehingga banyak pengangguran yang meningkat akibat adanya PHK dari karyawan, dan kurangnya pemasukan dari masyarakat karena tidak bekerja.

Pada sektor pariwisata, seperti Pantai Parangtritis juga dilakukan penutupan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul, yang bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk mencegah pengunjung wisata masuk ke kawasan pantai. Cara tersebut bertujuan untuk menekan penyebaran Virus Corona yang di sekitar pantai. Dengan ditutupnya sektor pariwisata di Kabupaten Bantul ini, Pemerintah Bantul mengungkapkan bahwa mengalami kerugian mencapai 11,9 miliar rupiah akibat ditutupnya sektor wisata pantai di wilayah Bantul tersebut. Selain itu, objek wisata lainnya juga banyak yang ditutup dan sepi pengunjung seperti objek wisata Hutan Pinus, Kebun Buah Mangunan, dan wisata Air Srikeminut Sriharjo.

Di sektor pariwsiata, banyak mendorong dan menginspirasi masyarakat sekitar untuk menciptakan usaha baru di sekitar Pantai Parangtritis. Seperti usaha jasa tempat penginapan, homestay, kerajinan tangan, dan oleh oleh khas Bantul. Tetapi, di massa sulit pandemi Covid ini, usaha mereka tidak mendapatkan penghasilan dan pendapatan karena Pantai Parangtritis yang ditutup oleh pemerintah dan tidak boleh adanya pengunjung wisatawan yang masuk ke pantai.

Akibat objek wisata Pantai Parangtritis ini ditutup, banyak pedagang UMKM dan penjual makanan di kawasan Pantai Parangtritis ini mengeluh dengan tidak ada pemasukan sama sekali. Seperti yang dialami oleh Supiyem (45), yang bekerja sebagai penjual makanan ikan laut. Ia mengatakan “Lebih dari setengah tahun saya tidak mendapatkan penghasilan saat massa pandemi Covid ini”. Ia juga mengungkapkan bahwa sebelum pandemi covid, penghasilan dari menjual makanan ikan laut ini cukup untuk kebutuhan sehari harinya, tetapi saat pandemi untuk makan saja sulit.

Lalu, Ia juga mengatakan bahwa “Saya juga harus menjual perhiasan emas, dan menjual seekor sapi untuk bisa bertahan hidup di massa pandemi dulu mas. Nggak ada cara lain lagi untuk bisa bertahan hidup dan makan selain menjual perhiasan emas dan menjual sapi”, ungkapnya. Saat Pantai Parangtritis ini ditutup oleh Pemerintah Bantul, Ia memutuskan untuk menutup warung jualannya dan lebih memilih untuk kembali ke rumahnya di Purwosari, Gunungkidul untuk bekerja sebagai petani dan mengurus serta mencarikan makanan untuk sapinya di lahan perkebunannya. Tetapi, Ibu Supiyem ini juga bersyukur pada saat mendapatkan bantuan UMKM dari pemerintah.

Pemerintah turut serta dengan membantu perekonomian masyarakat, dengan menggelontorkan dana miliaran yang ditujukan kepada pemilik usaha UMKM agar usahanya tetap terus berjalan walaupun dalam massa pandemi covid yang sulit ini. Pandemi Covid-19 ini memang sangat merugikan dan melumpuhkan disemua sektor perekonomian di Indonesia.

Dalam dunia usaha UMKM mengalami tantangan yang sangat berat saat pandemi covid ini. Pelaku usaha UMKM harus menjual barang berharganya demi untuk bisa makan dan dapat bertahan hidup. Tidak adanya pendapatan, pemasukan dan kehilangan pekerjaanya menjadikan pelaku usaha ini harus menutup sementara usahanya. Hal yang sama dialami oleh Tuminem (40), yang bekerja sebagai penjual minuman dan es kelapa muda. Ia mengungkapkan bahwa “Pandemi covid ini membuat penghasilan pendapatan mengalami penurunan yang banyak mas, bahkan pernah tidak mendapatkan hasil”. Pada saat Pantai Parangtritis ditutup oleh pemerintah, Ia menutup usahanya dan beralih menjadi petani didekat rumahnya. Ibu Tuminem ini juga mengungkapkan bahwa sebelum massa pandemi covid-19, Ia juga pernah membuka usaha jasa penyewaan tikar dan payung didekat pantai. Hampir semua tikar dan payung disewa oleh pengunjung untuk berteduh didekat pantai. Dalam sehari, Ia bisa mendapatkan seratus ribu rupiah dalam usaha sewa tikar tersebut. Tetapi, ketika virus corona muncul, jasa penyewaan tikar dan payung tersebut sudah tidak dilakukan lagi karena sulit dengan tidak adanya pengunjung.

Nasib sama yang dialami Ibu Rini Astuti (32), yang juga sebagai penjual pakaian dan aksesoris seperti topi, kacamata, dan gelang. Ia juga merasakan tidak adanya pemasukan ketika Pantai Parangtritis ini ditutup, dan tidak adanya pengunjung membuat usaha penjualannya menjadi sepi pembeli. Ia lebih memilih untuk menutup sementara penjualan pakaiannya. Rata – rata pedagang dan penjual UMKM di kawasan Pantai Parangtritis ini mengalami penurunan pendapatan yang drastis akibat adanya pandemi covid. Penghasilan yang tidak ada, dan untuk makan sehari – harinya saja sulit. Mereka ingin pandemi covid-19 ini segera selesai, agar perekonomian di kawasan Pantai Parangtritis cepat pulih kembali seperti sebelum munculnya virus corona di Indonesia ini.

Hingga saat ini, PPKM masih terus diberlakukan yang membuat Pantai Parangtritis masih sepi pengunjungnya. Akibat pandemi covid-19, daya beli masyarakat mengalami penurunan signifikan, yang dapat membuat dampak penjualan usaha UMKM juga masih kurang hasil pendapatannya dan masih sepi pembeli. Pelaku usaha UMKM juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi digital seperti strategi pemasaran dan penjualan online lewat media sosial.

Pemerintah harus bekerja keras agar perekonomia di Indonesia ini segera pulih dan normal kembali. Masyarakat tentunya juga harus patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti tetap menggunakan masker saat beraktivitas dan tetap menjalankan protokol kesehatan.

Penulis : Dwi Iskandar Mizan dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Rekomendasi untuk anda

Jangan Lewatkan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini