26.9 C
Jakarta
28, April, 2024
JurnalPost.comKolom OpiniFOMO: Bagaimana Ketakutan Akan Kehilangan Mempengaruhi Kesehatan Mental Mahasiswa

FOMO: Bagaimana Ketakutan Akan Kehilangan Mempengaruhi Kesehatan Mental Mahasiswa

Oleh : Claudia Irapryliany MandolangUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya

JurnalPost.com – Dalam era digital yang terus menerus berkembang serta luasnya lautan informasi yang tak berujung, juga interaksi digital yang tidak pernah berhenti, membuat hampir seluruh kalangan muda bahkan mahasiswa pasti ingin selalu terlihat update mengikuti yang sedang tren di sosial media. Dari keinginan tersebutlah muncul suatu kebiasaan buruk yang berpengaruh bagi seseorang yang terdampak yaitu FOMO. Fenomena ini tidak lagi sekedar menjadi ungkapan populer, tetapi telah menjadi sebuah gejala sosial yang memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan mental dan emosional suatu individu. FOMO merupakan salah satu faktor yang sering diabaikan namun ternyata tanpa kita sadari memiliki dampak besar terhadap kesehatan mental.

Sebelum kita membahas ini lebih jauh, apakah kalian tahu FOMO itu apa? FOMO adalah singkatan dari “Fear Of Missing Out” atau ketakutan akan ketinggalan. Hal ini merujuk pada perasaan cemas atau kecemasan yang muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain memiliki pengalaman yang lebih menarik, menyenangkan, atau bermakna dalam konteks aktivitas atau pencapaian tertentu. FOMO biasanya muncul dalam konteks media sosial atau situasi dimana seseorang merasa terpaksa untuk terlibat dalam kegiatan atau acara tertentu demi menjaga “kekinian” mereka. FOMO secara tidak sadar dapat menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan hidupnya sendiri atau tidak memadai yang membuat mereka merasa tidak mampu menikmati atau juga memanfaatkan kesempatan yang tampaknya dinikmati oleh orang lain.

Ketika mahasiswa terus menerus terpapar dengan cerita-cerita kehidupan sosial yang diunggah di media sosial, seringkali mereka merasa tertekan dan merasa tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh lingkungan pertemanan mereka. Para mahasiswa mungkin akan merasa tidak puas dan terus berusaha untuk mengejar gambaran kebahagiaan yang dihiasi platform digital. Hal ini dapat mengarah pada penurunan harga diri dan perasaan gelisah hingga depresi yang begitu dalam.

Menurut saya kesehatan mental adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Memiliki kesehatan mental yang baik tidak hanya terhindar dari penyakit tetapi juga memiliki keadaan mental yang sejahtera. Seorang mahasiswa berada pada batasan remaja akhir dan dewasa awal, dimana masa ini merupakan masa dimana kondisi mental yang tidak stabil, diiringi dengan konflik dan tuntutan serta perubahan suasana hati. Apabila individu mengalami masa tersebut tidak dapat mengontrol hal-hal yang terjadi, maka dapat menimbulkan masalah kesehatan mental yang akan memempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan dan aktivitas kesehariannya akan terganggu. Selain itu banyak sekali dampak lainnya akibat kesehatan mental yang terganggu.

Selain itu FOMO juga dapat mempengaruhi produktivitas akademik mahasiswa. Seharusnya fokus pada tujuan mereka menempuh pendidikan serta mengerjakan tugas-tugas, mahasiswa justru lebih tergoda untuk terus memerika media sosial mereka agar tidak ketinggalan informasi atau kejadian terbaru. Akibatnya, konsentrasi mereka bisa terpecah dan kualitas akademik mereka menurun.

Saya akui bahwa FOMO bukanlah masalah baru. Sebelum adanya media sosial, orang telah merasakan rasa cemas karena tertinggal dari kehidupan sosial. Namun, dengan adanya media sosial FOMO menjadi lebih meresap ke dalam kehidupan sehari-hari, karena mahasiswa secara langsung selalu terhubung dengan informasi terbaru dan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi.
Berikut adalah beberapa solusi untuk mengatasi dampak negatif dari FOMO pada kesehatan mental mahasiswa :

1. Batas waktu penggunaan media sosial
Membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial dapat membantu mengurangi eksposur terhadap konten yang memicu perasaan FOMO. Menetapkan waktu khusus dalam sehari untuk menggunakan media sosial dan memastikan waktu tersebut tidak terlalu lama.

2. Praktikan gratitude (rasa syukur)
Menghargai dan mensyukuri hal-hal yang dimiliki, dengan mengalihkan perhatian dari apa yang tidak dimiliki ke apa yang telah dimiliki.

3. Fokus pada tujuan pribadi
Tetap fokus pada tujuan dan aspirasi pribadi dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Ketika memiliki tujuan yang lebih jelas, anda akan lebih fokus pada perjalanan sendiri daripada terus membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

4. Jaga keseimbangan
Perioritaskan waktu untuk diri sendiri, hobi, dan kegiatan yang memberikan kepuasan pribadi. Bisa termasuk olahraga, seni, membaca, atau apapun yang anda bisa nikmati. Memiliki kegiatan dapat membantu mengurangi tekanan dan kecemasan yang terkait dengan FOMO.

Dalam usaha memastikan kesehatan mental yang baik, mahasiswa perlu belajar untuk mengelola dan mengatasi FOMO. Dengan menyadari dampaknya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi ketakutan akan kehilangan, mahasiswa dapat menjaga kesehatan mental mereka dan mencapai keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan akademik dan sosial.

Rekomendasi untuk anda

Jangan Lewatkan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini