26.1 C
Jakarta
28, April, 2024
JurnalPost.comProfilBerhasil Bangkit dari Titik Terendahnya, Inilah Kisah Inpiratif Andi Zenitha Sakina Bahdar...

Berhasil Bangkit dari Titik Terendahnya, Inilah Kisah Inpiratif Andi Zenitha Sakina Bahdar Dalam Meraih Beasiswa IISMA 2023

Ditulis Oleh: Shifra Ivana Sitohang Mahasiswi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB

JurnalPost.com – Andi Zenitha Sakina Bahdar merupakan wanita kelahiran asal Tangerang, yang lebih dikenal dengan sapaan Zen atau Zenitha. Zenitha merupakan satu-satunya anak perempuan dari 4 bersaudara, yang lahir pada  pada tanggal 18 Oktober tahun 2002. Saat ini ia sedang menjalankan kesibukannya sebagai mahasiswa Sastra Perancis semester 8 di Universitas Indonesia. Wanita yang sedari kecil ini sudah tertarik untuk pergi ke luar negeri merupakan salah satu IISMA Awardee pada tahun 2023, yang lolos di Michigan State University melalui jalur IISMA Co-Funding. Berawal dari keinginannya untuk pergi ke luar negeri, membawa Zenitha pada kesempatan untuk melakukan pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Namun, dalam perjalanannya meraih beasiswa yang berprestis tinggi di kalangan mahasiswa ini, juga tidak sedikit tantangan dan hambatan yang dialaminya. Simak artikel berikut untuk menilik lebih lanjut kisah inpiratif Zenitha dalam meraih beasiswa IISMA.

Masa Kecil, Harapan, dan Mimpi Besar
Sedari kecil Zenitha sudah terdidik dengan ajaran sang ibu. Ibunya mengharapkan anak perempuannya untuk menjadi orang yang sukses dan menjadi seorang duta besar. Dengan demikian Zenitha disekolahkan di sekolah negeri internasional yang menggunakan kurikulum dwi Bahasa, yaitu yang menggunakan Bahasa Indonesia dan terkadang juga Bahasa inggris. Hal tersebut membuat Zenitha sadar bahwa sejak kecil ia gemar untuk mempelajari Bahasa, seperti contohnya Bahasa inggris yang ia pakai sehari-hari untuk berkomunikasi di sekolahnya. Tak hanya itu, saat menjalani pendidikan di jenjang SMA, Zenitha juga mengikuti les Bahasa Perancis dan mengikuti beberapa lomba. Namun, menurutnya hal ini dilakukan hanya sebatas untuk hobi saja dan ia tidak berpikir lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Selain gemar mempelajari bahasa, Zenitha tahu betul bahwa sejak kecil ia selalu ingin pergi ke luar negeri khususnya Amerika Serikat. Kembali lagi, mulai dari umur belia Zenitha sudah terpengaruh dengan ajaran sang ibu yang menginginkan anaknya untuk menjadi seorang duta besar. Selain itu, ia juga terinspirasi dengan kisah sang ibu yang sempat pergi dan tinggal di sana selama 6 bulan lamanya. Hal tersebut membuat Zenitha, semakin penasaran dan ingin tahu lebih tentang tempat yang ibunya sering ceritakan dan akhirnya mulai berpikir untuk bagaimana caranya agar ia juga bisa pergi ke Amerika Serikat. Hal inilah yang akhirnya membawa Zenitha untuk bertekad mengikuti program beasiswa IISMA ini. Ia berpikir kalau harus menunggu sampai ia bekerja tentunya membutuhkan waktu yang lama dan belum tentu semangatnya masih sama seperti rasa semangatnya yang dirasakan saat ini. Jadi dengan kesempatan yang ada tentu ia tidak akan menyia-nyiakannya.

Perjuangan, Kegagalan, dan Titik Terendah
Setelah memutuskan untuk mendaftar program beasiswa IISMA, perjuangannya pun dimulai. Perjalanan Zenitha tidak begitu mulus sebagaimana yang dirasakan banyak orang sukses di luar sana. Ia harus berkutat dengan rasa insecure dan overthinking dalam prosesnya menggapai beasiswa impiannya. Terkadang pertanyaan seperti “aku mampu gak sih?”, “aku pantes gak sih?” muncul dalam benaknya. Yang sebelumnya merasa baik-baik saja, seketika berubah menjadi perasaan bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang lain. Zenitha menyebutkan bahwa perasaan inilah yang sangat sulit dilawannya ketika berproses selama masa pendaftaran beasiswa IISMA. Perjuangannya semakin berat karena ditambah dengan program magang (full time) yang diikutinya berbarengan dengan timeline pendaftaran beasiswa IISMA ini. Hal tersebut tentu membuat Zenitha merasa bahwa waktu 24 jam perharinya masih kurang, karena banyak hal yang harus dilakukan di satu waktu yang bersamaan.

Tak hanya itu, karena ketika menjalani proses pendaftaran, Zenitha juga mengalami kesulitan untuk mengenal siapa dirinya ketika akan membuat tulisan essay. Zenitha membutuhkan waktu sebanyak kurang lebih 2 bulan untuk akhirnya dapat mendeskripsikan diri pada essaynya dengan baik. Hal ini mungkin terlihat mudah bagi sebagian orang, tetapi bagi Zenitha ini merupakan tantangan yang besar, karena sebelumnya ia sudah melihat banyak orang di kanan dan kirinya yang melakukannya lebih baik dibanding dirinya. Hal tersebut membuat Zenitha pada akhirnya hanya membanding-bandingkan diri dengan orang lain, sehingga pada akhirnya sulit untuk menemukan “the authentic self” dalam dirinya.

Setelah melewati perjalanan yang panjang, tibalah hari di mana saatnya pengumuman beasiswa IISMA keluar. Zenitha dibaluti dengan perasaan berdebar, karena ia tahu ini merupakan kesempatannya yang terakhir untuk mengikuti program beasiswa ini. Namun, kenyataan yang harus diterima tidak begitu mengenakkan dan bukan sesuatu yang diharapkan oleh Zenitha. Ya, ia ditolak dan tidak berhasil mendapatkan program beasiswa IISMA di jalur reguler. Ketika mengetahui bahwa ia tertolak, tak bisa dipungkiri Zenitha sangat terpukul sehingga tidak bisa berkata-kata apapun. Walaupun Zenitha turut memberikan ucapan selamat kepada teman lainnya yang berhasil lolos, tetap saja ia berharap bahwa ada keajaiban sehingga layar pengumuman tersebut memampangkan namanya sebagai salah satu yang terpilih. Hal ini membuat Zenitha memiliki perasaan yang campur aduk, seperti marah, kecewa, sedih, menjadi satu. Dapat dibilang masa ini merupakan salah satu titik terendah Zenitha dalam hidupnya

Namun, di titik terendah dalam hidupnya Zenitha tetap ditemani oleh orang-orang terdekatnya seperti anggota keluarga dan juga kekasihnya. Zenitha merasa sangat bersalah terutama dengan kedua orangtuanya yang sudah mendukung dan mengeluarkan banyak bagi proses pendaftaran beasiswa ini. Tetapi respon kedua orangtuanya dan juga saudara lelakinya adalah dengan memberikan kata semangat serta dukungan kepada Zenitha, dan berkata bahwa tidak apa-apa jika tidak keterima karena pasti ada cara lain dan yang penting Zenitha sudah berani untuk mencoba. Dukungan juga datang dari kekasihnya saat itu, yang turut memberikan semangat dan bahu sandaran sebagai tempat Zenitha menyampaikan keluh kesahnya. Zenitha merasa sangat bersyukur karena orang yang berada di sekitarnya tidak menuntut banyak hal, justru malah memberikan dukungan serta semangat yang memang sangat dibutuhkan olehnya saat itu. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama, pada akhirnya Zenitha dapat merelakan bahwa kenyataannya ia belum bisa lolos untuk mengikuti program beasiswa IISMA tersebut. Hal ini tentunya dapat terjadi karena dukungan yang diterimanya dari orang-orang tersayangnya.

Kebangkitan dan Kegigihan
Namun, setelah menerima kenyataan yang ada Zenitha tidak langsung menghapus foto, video, maupun file yang menunjukkan hasil jerih payahnya kemarin ketika mendaftar beasiswa IISMA di jalur reguler. Ia masih merasa sedih jika harus melakukan hal tersebut. Hingga setelah beberapa bulan berlalu ia menerima kabar bahwa IISMA akan membuka jalur pendaftaran Co-Funding, yang sebenarnya pada saat itu ia tidak terlalu tertarik dengan hal ini, karena jalur Co-Funding tidak dibiayai penuh seperti di jalur reguler sebelumnya. Zenitha tidak tertarik karena merasa kalau uang yang akan dikeluarkan di jalur pendaftaran ini tentunya akan lebih banyak. Namun, setelah mendengar terkait sosialisasi di jalur pendaftaran Co-Funding ini, Zenitha melihat bahwa universitas impiannya yang berada di Amerika Serikat masuk ke daftar universitas yang tersedia di jalur pendaftaran ini. Sempat tertarik, namun minatnya ditarik kembali oleh kenyataan bahwa perasaan tidak enak kepada orangtuanya lebih besar.

Kabar bahwa pembukaan jalur IISMA Co-Funding ini pun akhirnya semakin jelas dan tersebar luas. Pihak IISMA pun sudah menginformasikan secara resmi pada akun sosial medianya. Hal ini membuat tekad Zenitha kembali dan mencoba untuk mencari informasi terkait ketentuan dari jalur pendaftaran IISMA Co-Funding ini. Setelah itu dia juga memberanikan dirinya untuk bertanya kembali kepada orangtuanya, dan respon yang diterima ternyata kedua orangtuanya memberikan izin untuk Zenitha mengikuti jalur pendaftaran beasiswa IISMA Co-Funding. Namun masih dengan perasaan tidak enak, Zenitha kembali ragu karena mengingat biaya yang nantinya dikeluarkan tidak sedikit. Tetapi rasa itu hilang dengan dukungan dari sang ibu yang memberikan semangat dan nasihat yang membuat Zenitha akhirnya yakin dan mantap dengan langkah yang dipilihnya.

Langkah yang selanjutnya adalah persiapan. Kali ini Zenitha tidak akan mengulang kesalahan yang sama di pendaftaran sebelumnya. Pada pendaftaran sebelumnya, ia mengaku dan merasa bahwa persiapan yang dilakukannya masih kurang. Dengan demikian di pendaftaran IISMA jalur Co-Funding ini ia mengerahkan seluruh usaha dan belajar dari kesalahannya agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Hal ini ia terapkan dengan melakukan proofreading kepada temannya yang sudah keterima di jalur regular sebelumnya, kemudian ia juga melakukan mock interview untuk melatih pertanyaan yang sekiranya ditanyakan pada sesi wawancara. Rasa perjuangan dan juga semangat ini kembali hadir dari dukungan dan doa orang-orang tersayangnya yang selalu mendukung dan percaya bahwa Zenitha mampu menaklukan beasiswa ini.

Kesuksesan Zenitha dalam Meraih Mimpinya
Pada akhirnya dengan tekadnya yang besar dan rasa pantang menyerah, Zenitha berhasil lolos dan diterima untuk menjadi salah satu awardee program beasiswa IISMA 2023. Walaupun sempat merasa pasrah dengan hasil pengumuman yang akan diterima, nyatanya kali ini namanya terpampang dalam layar dengan ucapan selamat. Setelah melihat hasil pengumuman, dengan berlinang air mata Zenitha pun langsung berlari keluar kamar untuk memberi tahu kedua orangtuanya. Euphoria yang dirasakannya sangat luar biasa, campuran rasa senang dan lega bahwa ternyata ia mampu untuk melewati setiap proses dan juga menaklukan beasiswa ini. Zenitha juga menekankan bahwa, dukungan dari keluarga maupun kekasihnya sangat berarti dalam setiap proses yang dilaluinya.

Berhasil meraih mimpi besarnya, Zenitha akhirnya dapat pergi ke Amerika Serikat menuju universitas impiannya yaitu Michigan State University. Pada awalnya Zenitha juga sempat bingung terkait mata kuliah apa yang akan dipilihnya, namun setelah berkonsultasi dengan salah satu saudara lelakinya, ia mendapat pencerahan untuk mata kuliah apa yang harus ia pilih. Di sana Zenitha mengambil 4 mata kuliah yang ia gemari yaitu; Personal Finance, Introduction to Cultural Anthropology, Human Communication, dan Introduction to Business in Digital Society. Zenitha merasa bahwa 4 mata kuliah yang dipilihnya dapat berguna untuk karirnya. Selain itu juga ia merasa bahwa 4 mata kuliah tersebut akan sangat berguna baginya di masa depan. Selain itu Zenitha juga turut mengikuti komunitas yang ada dan berpartisipasi aktif setiap minggunya. Ia menyebutkan bahwa komunitas itu berdampak besar dan dapat membantu dirinya untuk memperlancarnya dalam berbahasa inggris.

Zenitha juga memberikan tips untuk mahasiswa-mahasiswa di luar sana yang ingin mengikuti program IISMA. Yaitu untuk fokus terhadap diri sendiri selama berproses, walaupun memang tidak mudah untuk tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain, coba dan lakukan saja. Seperti satu kalimat yang selalu dipegang oleh Zenitha yaitu “You are Enough”, setiap diri kita juga pasti memiliki keunikan dan cara kita sendiri dalam berproses. Dengan kita yang fokus terhadap diri kita sendiri juga dapat mengindari berbagai macam distraksi yang dapat memperlambat diri ketika berproses, jadi cobalah untuk fokus terhadap diri sendiri. Yang kedua adalah untuk membuat planner serta tidak menunda-nunda pekerjaan. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil yang kita terima. Jika menunda-nunda pekerjaan maka hasil persiapan bisa saja tidak maksimal. Oleh karena itu mulai lah membuat deadline yang tidak sesuai dengan deadline aslinya, agar kamu dapat terpacu untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum waktu pengumpulannya tiba.

Belajar dari kisah Zenitha, sikap pantang menyerah dalam mengejar mimpi bisa kita terapkan dalam kehidupan kita. Sebesar apapun mimpi kita, jika yakin untuk meraihnya maka hal tersebut pasti dapat dicapai. Tantangan terbesar bagi Zenitha juga berasal dari dirinya sendiri. Ketika mengikuti rangkaian proses pendaftaran, kerap kali ia merasa insecure dan merasa tidak lebih baik dari orang lain. Usaha yang dikerahkannya juga masih belum maksimal. Namun, ia tahu masalah dan kendala yang dialaminya, sehingga di kesempatan keduanya ia lebih fokus terhadap dirinya serta mengerahkan seluruh usahanya untuk meraih mimpi besarnya sampai pada akhirnya terwujud. Sebagai sosok yang inspiratif, Zenitha juga percaya bahwa kerja keras tidak akan menghianatimu. “Kalau kita memberikan seluruh effort kita, the universe would not betray your efforts. It will give it back what you have give”. Ia yakin bahwa dengan bekerja keras tidak akan menghianati usahanya dalam meraih mimpinya.
 

Rekomendasi untuk anda

Jangan Lewatkan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini