31.2 C
Jakarta
19, April, 2024
JurnalPost.comKolom OpiniAsal Mula dan Sejarah Etnik Minangkabau

Asal Mula dan Sejarah Etnik Minangkabau

Oleh: Fadhilatunnisa Santosa Mahasiswi Sastra Jepang Universitas Andalas Padang 2020/2021

JURNALPOST – Minangkabau atau biasa disingkat Minang adalah kelompok etnis asli Nusantara yang wilayah persebaran kebudayaannya meliputi kawasan yang kini masuk ke dalam provinsi Sumatra Barat (kecuali Kepulauan Mentawai), separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pesisir barat Sumatra Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibu kota provinsi Sumatra Barat yaitu Padang. Akan tetapi, masyarakat ini biasanya menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.

Masyarakat Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional, dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis.

Nama Minangkabau sendiri berasal dari kata manang yang berarti menang dan kabau yang berarti kerbau. Nama itu diketahui dari sejarah yang ditulis di dalam Tambo. Kisahnya berawal pada saat kerajaan Pagaruyung yang dipimpin raja Adityawarman, akan ditaklukan oleh pasukan Majapahit. Untuk mencegah pertempuran, penasehat raja mengusulkan adu kerbau sebagai pengganti peperangan. Jika kerbau dari pihak raja yang kalah, maka kerajaan akan diserahkan pada pasukan Majapahit. Sebaliknya, jika menang, pasukan Majapahit diminta untuk kembali ke Jawa. Akhirnya, usulan tersebut juga disetujui oleh pasukan Majapahit. Singkat cerita, adu kerbau dimenangkan kerajaan Pagaruyung. Kemenangan tersebut pada akhirnya menginspirasikan masyarakat memakai nama Minangkabau, kata yang berasal dari ujaran “manangkabau” yang artinya kerbau yang menang.

Beberapa tulisan sejarah mengatakan, transportasi masyarakat Minangkabau pada saat itu adalah kerbau. Hal ini didorong dengan adanya pernyataan bahwa agama yang dipercaya saat itu mengajarkan untuk menyayangi binatang seperti, gajah, kerbau, dan lembu. Runtuhnya kerajaan Paguruyungan, dan adanya pengaruh dari Belanda di Perang Padri, membuat daerah pedalaman Minangkabau menjadi bagian dari Pax Netherlandica atau politik kolonial Belanda, yang berupaya menyatukan wilayah jajahan Belanda.

Sejarah Etnis Minangkabau

Di abad ke-14 dan ke-15, Minangkabau meliputi seluruh Sumatera tengah dan dipecah menjadi tiga bagian: tiga luhak, tiga rantau, dan delapan bab. Dalam luhak (kabupaten) terdapat Tanuh, Agam, dan lima belas kota. Sekarang menjadi Batusangkar, Bukittinggi, dan Payakumbuh.
Sementara tiga rantau adalah: Rantau Kampar, Kuantan (Indragiri), dan Batang Hari.
Lalu delapan bab menjadi: Padang, Pariaman, Indrapura, Jambi, Indragiri, Siak, Painan, dan Bengkulu.
Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan, yang oleh orang Minang sendiri hanya disebut dengan istilah suku. Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi, Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak. Selain itu terdapat pula suku pecahan dari suku-suku utama tersebut.
Kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal dalam suatu rumah yang disebut Rumah Gadang.
Suku Minang terkenal sebagai suku yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan mancanegara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang.

Nenek moyang suku bangsa Minangkabau berasal dari percampuran bangsa Melayu tua yang telah datang pada zaman Neoliticum dengan bangsa Melayu muda yang menyusul kemudian pada zaman perunggu. kedua bangsa ini adalah serumpun dengan bangsa Astronesia.

Kelompok pengembara Astronesia yang meninggalkan kampung halamannya dibagian Hindia, menuju ke selatan mencari daerah baru untuk kehidupan mereka. Dalam rangka pencarian tanah baru itu, setelah mereka mendarat dipantai Timur Sumatera, bergerak kearah pedalaman pulau Sumatera sampai kesekitar gunung merapi. Karena disana mereka telah mendapatkan tanah subur dilereng gunung merapi, mereka menetap dan membangun negeri pertama yaitu Pariangan Padang Panjang. Setelah kemudian mereka berkembang, maka berdirilah negeri-negeri diselingkaran gunung merapi dan sealiran batang Bengkaweh. Hal ini sesuai dengan pepatah adat sebagai berikut: “Dari mana titik Pelita, dari semak turun ke padi, dari mana asal nenek moyang kita, dari puncak gunung merapi”.

Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500–2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau.

Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Datar. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorang residen yang oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak. Penamaan ketiga luhak tersebut (Luhak berarti sumur) dengan nama-nama tersebut diatas mengambil dari tiga sumur besar yang terdapat di gunung Merapi.

Dalam pekembangan selanjutnya penduduk yang berada di tiga luhak tersebut bergerak keluar lebih menjauh titik lingkaran dengan arah yang menyebar sehingga radius dari lingkaran yang berpusat diatas gunung Merapi itu semakin meluas. Luhak Agam bergerak lebih kearah utara sampai ke perbatasan propinsi Sumatra Utara sekarang , mencakup Pasaman, Rao dan Lubuk Sikaping. Ke barat mencapai pesisir laut dari Pariaman ke Air Bangis. Luhak Lima Puluh Kota bergerak kearah timur mencapai Bangkinang, Kampar Kiri, Kampar Kanan dan Kuantan bahkan menyeberang kesebahagian Semenanjung Malaka yang disebut sekarang Negeri Sembilan. Luhak Tanah Datar bergerak kearah Tenggara sampai memasuki daerah Jambi bagian barat dan ke selatan terbentang sampai ke Pesisir; mulai dari Padang sampai ke Pesisir Selatan.

Untuk membedakan daerah baru ini dan daerah asal, maka daerah baru disebut rantau dan daerah asal disebut alam atau darek. Setiap rantau dihubungkan kepada luhak tempat asal perkembangannya yaitu rantau luhak Agam, rantau luhak Tanah Datar, dan rantau Luhak Lima Puluh kota. Kumpulan dari tiga luhak dengan semua rantaunya itu membentuk suatu lingkungan yang luas, bernama Minangkabau dengan batas-batas wilayah tertentu.

Rekomendasi untuk anda

Jangan Lewatkan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini