33.5 C
Jakarta
20, April, 2024
JurnalPost.comCitizen ReporterPenggunaan Bahasa Sunda oleh Masyarakat Kota Bogor

Penggunaan Bahasa Sunda oleh Masyarakat Kota Bogor

(Dokumentasi pribadi Imam Suyudi peneliti sosial, penulis, aktif dalam pengembangan masyarakat)

BOGOR, JURNALPOST – Kota Bogor adalah bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat yang sebagian besar penduduknya bertutur dalam Bahasa Sunda sebagai representasi Suku Bangsa Sunda. Secara etimologi, penduduk di Kota Bogor adalah pengusung kebudayaan Sunda yang berbahasa Sunda sebagai lingua franca keseharian warganya.

Secara geografi, Kota Bogor terbagi ke dalam dua ketagori perwilayahan, yaitu Bogor Atas yang mengacu pada wilayah yang berada di daerah ketinggian dan sebaliknya Bogor Bawah untuk menyebut wilayah yang berada di dataran rendah. Meski belum ada kajian spesifik yang menentukan daerah mana saja yang termasuk dataran tinggi dan rendah, namun konsepsi umum menyebutkan daerah perkampungan di Desa Cilebut Barat yang berbatasan dengan Kota Bogor di sebelah utaranya termasuk perwilayahan Bogor Bawah sementara Bogor Atas dimulai dari Kebon Pedes Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor dan terus ke

wilayah-wilayah dataran tinggi yang termasuk dalam administrasi Kabupaten Bogor (Ciomas, Sukahati, Leuwiliang, Tajur, Wangun, Ciawi hingga Cicurug seterusnya berbatas dengan Kabupaten Sukabumi).

Perwilayahan tersebut tidak saja membagi Kota Bogor secara geografi tetapi juga tipologi masyarakatnya, yaitu Bogor Atas yang dominan berbahasa Sunda sementara Bogor Bawah sebagai penutur Bahasa Betawi pinggiran logat Sunda. Dominannya penutur Bahasa Betawi juga dikarenakan sejarah keberadaan penduduk di Bogor Bawah umumnya adalah warga tergusur dari DKI Jakarta (mayoritas Tanah Abang) tahun 1970-an. Oleh sebab itu, wajar jika warga Bogor Bawah tidak bisa dan tidak terbiasa berbahasa Sunda.

Kota Bogor sebagai pusat ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Sunda Bogor, Bahasa Sunda ditutur secara dominan di Kota Bogor termasuk wilayah perkampungan atau kelurahan. Di wilayah administrasi kota tidak ada desa kecuali kabupaten. Akan tetapi, pesat dan cepatnya laju perkembangan wilayah yang didorong dengan bertumbuhannya pusat-pusat kegiatan masyarakat (ekonomi, industri, pendidikan, dan wisata) menyebabkan terjadinya interaksi di antara para pendatang dari luar yang berbeda identitas kebudayaan. Proses pertemuan antarbudaya yang terjadi di Kota Bogor cenderung akulturasi, yaitu masuknya kebudayaan non sunda namun tidak saling menghilangkan satu sama lain.

Hal ini tampak jelas dari perilaku kaum muda milenial yang tinggal dan menetap untuk bekerja, bersekolah atau tujuan lain yang cenderung lebih lama tinggal di Kota Bogor ketimbang yang berkunjungan wisata. Karena itu, bukan hal aneh jika di Kota Bogor, percakapan sehari-hari yang digunakan sebagai media pemersatu keberagaman budaya penduduknya adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Peneliti sosial Imam Suyudi menyatakan bahwa adanya budaya lain yang masuk tidak mempengaruhi Bahasa Sunda karena adanya proses akulturasi dari budaya- budaya tersebut. “Proses pertemuan antarbudaya yang terjadi di Kota Bogor cenderung akulturasi, yaitu masuknya kebudayaan non Sunda namun tidak saling menghilangkan satu sama lain” ujar Imam Suyudi.

Oleh: Muhammad Gilang Noor Fallah

Rekomendasi untuk anda

Jangan Lewatkan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini