26.2 C
Jakarta
24, April, 2024
JurnalPost.comTeknologiBerdiri Dengan Nama Raja Garuda Mas Perusahaan Ini Merintis Sumber Energi Terbarukan

Berdiri Dengan Nama Raja Garuda Mas Perusahaan Ini Merintis Sumber Energi Terbarukan

JURNALPOST – Saat berdiri pada 1973, Royal Golden Eagle (RGE) menggunakan nama Raja Garuda Mas. Mulai saat itu, mereka memandang serius kelestarian alam melalui beragam cara. Salah satunya ialah dengan menggalakkan penggunaan energi terbarukan di anak-anak perusahaannya.

Sampai sekarang, energi di Indonesia masih didominasi dari bahan fosil. Minyak bumi tetap menjadi sumber energi utama. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan porsi konsumsi minyak bumi masih mencapai sekitar 60 persen dari seluruh sumber energi yang ada di negeri kita.

Padahal, siapa pun tahu, energi dari minyak bumi tidak ramah lingkungan. Selain itu, jumlahnya terbatas dan tidak bisa diperbarui. Sebagai gambaran, Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan jika tidak ada penemuan baru dan konsumsi seperti sekarang ini, maka cadangan minyak yang ada di Indonesia hanya mampu bertahan sampai 12 tahun lagi.

Melihat kondisi tersebut, tidak mengherankan kalau Pemerintah Indonesia menggalakkan penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Himbauan tersebut disambut baik oleh RGE. Maklum saja, sejak lahir dengan nama Raja Garuda Mas hingga kini, mereka selalu berupaya aktif melestarikan lingkungan supaya tetap alami. Pemanfaatan energi terbarukan yang aman untuk bumi jelas sejalan dengan misi tersebut.

Untuk menjawab ajakan tersebut, salah satu anak perusahaan Royal Golden Eagle, Asian Agri, mempelopori penggunaan energi terbarukan untuk industri. Mereka dengan jeli mampu memanfaatkan limbah produksinya untuk diolah menjadi sumber energi pembangkit listrik.

Asian Agri merupakan unit bisnis bagian RGE yang bergerak dalam industri kelapa sawit. Mereka berdiri pada 1979 dengan area perkebunan dan produksi di Jambi, Sumatra Utara, dan Riau.

Saat ini, Asian Agri termasuk sebagai salah satu pemain besar di industrinya. Hal itu tidak lepas dari kapasitas produksinya yang tinggi. Per tahun mereka mampu menghasilkan minyak kelapa sawit hingga satu juta ton.

Kemampuan itu tak lepas dari pengelolaan perkebunan secara modern. Kebun seluas 160 ribu hektare milik mereka jadi mampu menyuplai bahan baku secara konsisten.

Sebagai bagian dari RGE, Asian Agri juga selalu berusaha menjaga operasionalnya agar tidak merusak lingkungan. Itulah yang membuat mereka mulai melirik pemanfaatan energi terbarukan yang ramah terhadap alam.

Langkah yang dilakukan ialah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG). Asian Agri mulai melakukannya sejak 2015 lalu. Kala itu, mereka membangun lima PLTBG yang tersebar di Riau, Jambi, dan Sumatra Utara.

Putusan yang diambil oleh Asian Agri sangat cerdas. Mereka bisa mengolah limbah cair kelapa sawit yang sering disebut POME menjadi sumber energi listrik. Hal itu dapat dilakukan dengan tangki digester yang berasal dari teknologi Jepang.

Berkat itu, POME bisa diolah menjadi gas metan yang berguna sebagai sumber energi listrik. Saat ini, Asian Agri mengoperasikan tangki digester terbesar di dunia dari teknologi Kubota Anaerobic Membrane Bioreactor. Sebelumnya Asian Agri sering mengolah POME menjadi elemen penyubur tanah untuk perkebunannya.

Hal itu bagaikan sekali mendayung dua pulau terlampaui. Asian Agri bukan hanya mampu menciptakan energi terbarukan yang ramah terhadap alam. Mereka juga bisa meminimalkan jumlah limbah produksi yang dihasilkan. Lagi-lagi ini akan berpengaruh positif terhadap kelestarian lingkungan yang diharapkan oleh Royal Golden Eagle.

Hingga saat ini, Asian Agri telah membangun tujuh PLTBG. Namun, mereka ingin terus menambah jumlahnya. Unit bisnis bagian grup yang lahir dengan nama Raja Garuda Mas ini menargetkan sudah akan membangun 20 PLTBG hingga tahun 2020 nanti.

MENYUPLAI KEPADA MASYARAKAT

Selain terbarukan, energi listrik dari biogas dikenal lebih ramah terhadap lingkungan. Kerugian yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dari energi fosil seperti minyak bumi.

Bukan rahasia lagi, energi fosil seperti minyak bumi dan batubara memicu serangkaian kondisi yang merugikan. Energi ini melepaskan karbon dioksida ke udara. Inilah yang memicu pemanasan global, pencemaran udara, hingga gangguan kesehatan. Belum lagi penggunaan lahan yang lumayan besar dan potensi pencemaran air yang ditimbulkannya.

Tak heran, Asian Agri berusaha menekan penggunaan energi fosil di perusahaannya. Pelan-pelan mereka mengembangkan PLTBG sebagai sumber energi anyar. Maklum saja, energi listrik dari biogas diperkirakan bisa mengurangi emisi

Asian Agri memanfaatkannya untuk memutar operasional pabrik. Namun, keberadaan PLTBG juga membuka kesempatan kepada mereka untuk memberi manfaat kepada masyarakat dan negara.

Perlu diketahui, setiap PLTBG milik Asian Agri mampu menghasilkan energi listrik dengan kapasitas mencapai 2,2 megawatt. Dari jumlah itu, anak perusahaan RGE tersebut hanya membutuhkan 700 kilowatt untuk menjalankan operasionalnya. Akibatnya ada sisa energi listrik hingga 1,5 megawatt per PLTBG.

Oleh Asian Agri, kelebihan suplai listrik itu disalurkan kepada masyarakat di sekitarnya. Dengan asumsi bahwa satu rumah membutuhkan 900 watt, maka satu PLTBG bisa mendukung energi untuk sekitar 1.600 rumah.

Jumlah itu bertambah besar karena Asian Agri saat ini mengoperasikan 7 buah PLTBG. Jika ditotal, sekarang mereka telah mampu mendukung kebutuhan listrik untuk 11.600 rumah.

Ke depan, masyarakat yang mendapat dukungan suplai listrik dari Asian Agri akan bertambah. Pada 2020 nanti bakal ada setidaknya 32 rumah yang memperoleh suplai listrik dari mereka.

“Kepedulian dan komitmen nyata dari perusahaan kelapa sawit di Indonesia terhadap keseimbangan lingkungan hidup serta Sustainable Development Goals (SDG) akan berkontribusi secara signifikan bagi upaya Pemerintah Indonesia mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim di dunia”, kata Head of Sustainability and Stakeholder Relations Asian Agri, Bernard A. Riedo.

Langkah Asian Agri mendapat apresiasi dari pemerintah. Kebetulan saat ini pemerintah tengah mengejar pertumbuhan energi terbarukan seperti biogas. Hal itu sejalan dengan misi untuk mendapat sumber energi listrik sebesar 35 ribu megawatt yang dicanangkan. Konsistensi Asian Agri dalam membangun PLTBG dinilai sejalan dnegan dua misi tersebut.

“Penciptaan energi baru terbarukan diharap dapat mencapai 23% pada 2025,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di Sindonews.com. “Kami mengundang partisipasi sektor swasta agar mulai berinisiatif dan mengambil peran. Penciptaan energi hijau yang dilakukan Asian Agri ini sangat baik,” tambahnya.

Bagi Asian Agri, selain melaksanakan perlindungan alam, hal ini juga menjadi cara lain untuk mewujudkan prinsip kerja lain di RGE. Oleh pendirinya, Sukanto Tanoto, segenap pihak di Royal Golden Eagle diharapkan mampu memberi manfaat kepada pihak lain. Mereka diharuskan untuk berguna bagi masyarakat dan negara.

Kewajiban itu dikenal sebagai filosofi bisnis 5C. Hal itu pun menjadi arahan operasional bagi semua pihak di RGE. Membangun PLTBG ternyata memungkinkan Asian Agri memberi manfaat pada masyarakat dan negara. Inilah yang diharapkan oleh grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas tersebut ke semua anak perusahaannya. (ADV)

Rekomendasi untuk anda

Jangan Lewatkan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini